(PANGKALPINANG) – Forum Koordinasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (FKPDAS) Provinsi Kepulauan Riau, yang diketuai oleh Hendri, S.T., sekaligus sebagai Kadis LHK Provinsi Kepulauan Riau, serta dari Kepala Balai Pengelolaan DAS Sei Jang Duriangkang, Bontor L Tobing, S.Hut., M.Sc., mengundang dan mendaulat ketua FORDAS Bangka Belitung, yang juga menjabat sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung, Ir. Fadillah Sabri, S.T., M.Eng., sebagai salah satu narasumber dalam agenda rapat sharing pengalaman pelaksanaan kegiatan Forum Koordinasi Pengelolaan DAS.
Selain Fadillah, turut hadir pula, Kepala BPDAS Batu Rusa Cerucuk, Ir. Tekstiyanto, M.P., yang menyampaikan kata sambutannya, serta Hengki Simanjuntak, S.Hut, M.Si., selaku PEH BPDAS Batu Rusa Cerucuk yang juga ditunjuk sebagai narasumber rapat.
Rapat diselenggarakan di Swiss Bel Hotel yang berada di jalan Jenderal Sudirman No.65, kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pada hari Kamis (20/10/2022), yang dimulai pada pukul 08:30 WIB dan berakhir hingga pukul 12:00 WIB.
Kegiatan rapat yaitu sharing pengalaman pelaksanaan kegiatan Forum Koordinasi Pengelolaan DAS, dihadiri oleh sekitar 30-an peserta dari FKPDAS Provinsi Kepulauan Riau dan FORDAS se-Bangka Belitung. Sebelum acara dimulai ada penyerahan cinderamata dari kedua belah pihak yaitu stanjak Depati untuk FKPDAS Provinsi Kepulauan Riau dan Balai Pengelolaan DAS Sei Jang Duriangkang, dan plakat khas dari Kepulauan Riau untuk FORDAS Bangka Belitung.
Sebelum pemaparan materi dari para narasumber, dari Provinsi Kepulauan Riau, Hendri menyampaikan karakteristik DAS yang berada di Kepri dan BaBel memang berbeda, namun ada banyak hal yang bisa didiskusikan dalam agenda rapat ini guna mencari akar permasalahannya dan bagaimana solusinya.
Ketua FORDAS Bangka Belitung, Fadillah menyatakan bahwa pertemuan kali ini adalah saling sharing gagasan, ide dan yang terpenting adalah berbagi pengalaman.
”Saya yakin kita semuanya memiliki keunikan daerahnya masing-masing, untuk itu disini izinkan saya untuk menyampaikan beberapa pengalaman yang telah kami laksanakan, dan dijadikan bahan diskusi kita”, ujar Fadillah.
Terlebih dahulu ia menjelaskan apa itu FORDAS? FORDAS itu bukanlah berbentuk dinas atau balai, tetapi ia dipayungi oleh landasan hukum undang-undang nomor 5 tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam, dan beberapa undang-undang lainnya yaitu tentang Kehutanan, tentang Pemerintah Daerah, tentang pengelolaan Daerah Aliran Sungai, dan perjalanan mengenai perda ini cukup panjang, sehingga FORDAS mulai berdiri pada tahun 2013.
DAS di klasifikasikan dalam beberapa bagian, yaitu ; DAS yang dipulihkan daya dukungnya adalah DAS yang kondisi lahan serta kualitas, kuantitas, dan kontinuitas air, sosial ekonomi, investasi bangunan air dan pemanfaatan ruang wilayah tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
DAS yang dipulihkan, sebanyak sebanyak 196 DAS seluas kurang lebih 903.685, 95 Hektar.
DAS yang dipertahankan daya dukungnya adalah DAS yang kondisi lahan serta kualitas, kuantitas dan kontinuitas air, sosial ekonomi, investasi bangunan air dan pemanfaatan ruang wilayah berfungsi sebagaimana mestinya.
Program kerja FORDAS yaitu; evaluasi dan implementasi program kerja lima tahun, pengelolaan FORDAS terpadu tahunan, kajian DAS dalam bentuk rekomendasi kebijakan, kolaborasi FORDAS dengan akademisi, pembuatan konsep pengelolaan DAS pasca tambang, dan pembuatan konsep penambangan rakyat ramah lingkungan.
FORDAS juga mendorong penerapan persyaratan konservasi air bagi pengembangan perumahan, jadi jika ada yang hendak membangun perumahan maka FORDAS akan memberikan persyaratan konservasi, seperti membuat sumber resapan ataupun lubang biopori, dan ini dimasukkan dalam syarat perizinan pembangunan perumahan tersebut.
FORDAS Bangka Belitung juga memiliki program acara seperti NGOJI (Ngobrol dan mengkaji), dan juga Ngopi dan bekisah. FORDAS juga punya program sekali bersih yaitu mengajak pelajar, mahasiswa, membersihkan daerah aliran sungai, dan juga memberi apresiasi ataupun penghargaan kepada masyarakat yang peduli dan cinta hutan.
Dalam agenda rapat sharing pengalaman ini, kemudian muncul banyak pertanyaan dari FKPDAS Kepulauan Riau yang salah satunya, bagaimana mengkoordinasikan tantangan-tantangan menyampaikan permasalahan tersebut kepada para pemangku kepentingan seperti pemerintah?
Pertanyaan ini dijawab oleh Fadillah dengan lugas bahwa kita memang harus memiliki seni dan kecakapan dalam berkomunikasi.
“Inilah pentingnya seni komunikasi yang harus kita bangun, ketika kami menemukan permasalahan DAS biasanya kami menyampaikannya dalam bentuk diskusi, menjawab wawancara dari teman-teman wartawan sesuai dengan data dan teori, membuat semacam jumpa pers hasil dari kajian kita, melakukan pertemuan langsung dengan gubernur atau wakil gubernur untuk menyampaikan paparan permasalahan, intinya kita memberikan masukan”.
“Jika urusan pertambangan ilegal, ada banyak pihak yang terlibat, penyelesaian permasalahan ini yang pertama adalah pendekatan, namun jika penegakan hukumnya masih tebang pilih – tajam kebawah dan tumpul keatas, maka penanganan pertambangan ini tidak akan bisa teratasi”, ungkap Fadillah.
Mengingat kedua daerah ini memiliki kesamaan yaitu sama-sama dari rumpun melayu, para peserta rapat banyak sekali melantunkan pantun sehingga membuat suasana semakin hangat dan akrab, sebelum rapat berakhir Fadillah pun menutup pertemuan rapat dengan satu bait pantun.
“Ambillah ranting naik keatas, belah kayu dibuat papan, sangatlah penting merawat DAS, merawat DAS merawat kehidupan”.
Ada banyak pertanyaan dari peserta rapat dan juga persoalan yang di bahas sehingga menjadi topik perbincangan yaitu isu-isu hangat yang sedang berkembang dari kedua daerah kepulauan tersebut, sehingga nampaknya pertemuan setengah hari ini belumlah cukup untuk saling sharing pengalaman, dan dipandang perlu untuk saling menjalin komunikasi yang intensif setelah ini.
Dalam wawancara kami kepada Hendri, ia menyampaikan kesan dan harapannya dari rapat sharing bersama FORDAS Bangka Belitung.
“Luar biasa sekali untuk pertemuan ini, kita dapat belajar dengan baik dan bagus, mudah-mudahan kami akan tetap semangat mengikuti apa yang sudah dilaksanakan disini, intinya bagaimana kita di FKPDAS Kepulauan Riau lebih kuat kelembagaanya, dan bagaimana kita menjaga dan melestarikan lingkungan”, pungkas Hendri. (Mj)