(PANGKALAN BARU) – Prof. K.H. Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, M.A., Ph.D., atau yang akrab di sapa Din Syamsuddin, seorang tokoh Muhammadiyah yang kedatangannya sangat ditunggu-tunggu oleh segenap civitas akademika UnMuh BaBel untuk mengisi dua kegiatan pada tanggal 10 dan 11 Oktober 2022.
Ini adalah momen yang penuh dengan nilai-nilai ke-Muhammadiyahan dan pesan-pesan yang berbobot bagi kemajuan dan pencerahan kita semuanya.
Senin siang 10 Oktober 2022, kedatangan Din Syamsuddin disambut dengan suka cita oleh rektor UnMuh Babel Ir. Fadillah Sabri, S.T., M.Eng., di bandara Depati Amir kota Pangkalpinang, provinsi kepulauan Bangka Belitung, dan langsung menjamunya makan siang dengan makanan khas Bangka Belitung, yaitu lempah kuning.
Agenda di sore hari yaitu silaturahim atau tausyiyah Din Syamsuddin bersama BPH, PWM, PWA, PDM, Ortom dan AUM Se- Bangka Belitung bertempat di gedung Babel Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung.
Kata sambutan dari plt. PWM Bangka Belitung, Drs. H. Syamlawi Ahmad, membuka acara silaturrahim yang berjalan khidmat dan santai.
“Dalam kesempatan ini kami sangat bergembira sekali karena akan mendapatkan banyak inspirasi, spirit, pengetahuan, dan mendapat pencerahan dari prof. Din Syamsuddin, semoga kami yang dari daerah ini tetap bersemangat berdaya upaya yang kuat memajukan organisasi ini”, ungkap Syamlawi.
Di pandu langsung oleh rektor UnMUh BaBel, Din Syamsuddin membagikan pengalamannya, memberi banyak inspirasi dari perjalanan hidupnya semenjak kecil beranjak remaja dan dewasa, yang diisi dengan mengikuti berbagai kegiatan positif, ia telah belajar ilmu agama sejak kecil karena ia mengenyam pendidikan islam di pondok pesantren.
Ikut dalam beragam kegiatan dan organisasi, aktif dalam dunia dakwah, dan menuntut ilmu hingga ke luar negeri serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga ia termasuk dalam tokoh Muhammadiyah, tokoh Islam yang disegani oleh dunia internasional.
Ia juga menegaskan Muhammadiyah jangan dijadikan tujuan, tetapi harus kedepankan dakwah dalam setiap gerakan kita.
“Muhammadiyah termasuk pembaruan dalam hal muamalah, ber- Muhammadiyahlah dengan sepenuh hati, jangan sampai menjadikan Muhammadiyah tujuan dan juga jangan sebagai alat dari tujuan itu sendiri tetapi yang paling penting adalah dampak ber-Muhammadiyah, karena Muhammadiyah adalah organisasi pertengahan tidak menimbulkan konflik dan harus kedepankan dakwah”, pungkasnya.(Mj)